Rabu, 26 Maret 2008

ANTARA PILKADA GUBSU SUMUT DAN AYAT-AYAT CINTA


Tanggal 16 April 2006 gebyar pilkada Gubsu Sumut akan di gelar suatu pesta demokrasi akan dilaksanakan. Seluruh masyarat akan menentukan pilihannya. Siapa yang akan memimpin Sumut untuk lima tahun kedepan. Waspada harian Koran yang paling ngetop di sumut, telah berusaha menjaring calon-calon kandidat yang layak memimpin Sumut antara lain yang akhirnya keluar menjadi nomitatif partai politik, yaitu Abdul Wahab Dalimunthe – Raden Romo Syafi’i, Syamsul Arifin - Gatot, Ali Umri – Maratua Simanjuntak, Tri Tamtomo – Beni Pasaribu, dan RE. Siahaan – Suherdi .
Sesuai dengan poling-poling di hariannya. Sebagian besar rakyat antosias mengikuti poling tersebut. Tetapi sayang banyak calon-calon yang diinginkan pembaca tidak mendapat sampan yang bisa membawanya berlayar. Hanya 1 calon yang yang sebelumnya telah dicalonkan partainya untuk menjadi calon gubernur, sedangkan yang lain masih menerawang. Yang menjadi permasalahan kini, sudah sejauh mana gaung pesta demokrasi ini ditanggapi masyarakat sumut untuk datang beramai-ramai menentukan pilhannya? Ataukah banyak masyarakat cuek-cuek aja? Atau mereka-mereka ini banyak yang menjadi golput? Ataukah kelurahan-kelurahan banyak yang belum mendaftar rakyatnya untk menjadi hak untuk memilih? Dan apakah tanggal pesta demokrasi ini sudah diketahui secara umum bagi rakyat sumut?
Ayat-ayat cinta suatu cerita novel yang dikarang kak Ibik mendapat sambutan hangat oleh begitu besar pembacanya. Sampai berulang kali cetak tetap habis manis laris dipasaran. Dari Novel, diciptakan lagi lagu syahdu dengan judul Ayat-ayat cinta juga. Dan sekarang difilmkan lagi dengan judul Ayat-ayat cinta juga. Dan penonton berjubel antri untuk ikut serta menonton film ini. Dan ini hampir tidak pernah terjadi. Film Indonesia hampir menjadi tuan rumah sendiri. Allahu Akbar. Dan apakah PilGubsu bisa seperti Ayat-ayat cinta ini ?

Ayat-ayat cinta memang suatu Novel yang telah dibuktikan bagusnya oleh pembacanya. Dan telah dibuktikan oleh filmnya. Dan penulisnya sudah cukup lama dikenal dengan tulisan-tulisan dan karyanya yang bagus. Jadi sifat positif inilah yang menjadi laris manis semua yang berbau tentang ayat-ayat cinta. Dan kita lihat tentang Calon-calon gubsu Sumut hampir semua calon memiliki plus-minus dan malah bisa jadi lebih banyak minusnya disbanding plusnya.
Bilding Image Cagubsu
Perlehatan Pilkadasu dipentas demokrasi khususnya Sumatera Utara saat ini tengah memasuki masa kulminan diamana berbagai upaya dan terobosan kampaye gencar dilakukan oleh para Cagub, tentunya itu semua dilakukan demi untuk memenangkan pertarungan yang cukup bergengsi dalam puncak karier politik para kandidat.
Tak dapat dimungkiri sosialisasi dan kampaye yang dilansir oleh masing-masing kandidat secara efektif diarahkan untuk meraih hati konstituen yakni masyarakat Sumatera Utara. Sosialisasi dan kampanye pada tataran ini menjadi tantangan yang demikian tinggi, mengingat persoalan meraih hati rakyat bukanlah sebuah hal yang sederhana atau ringan. Bagaimana membuat rakyat jatuh hati tidak mungkin dapat dilakukan dengan hannya mengubar janji-janji, apalagi saat ini skeptisme rakyat terhadap partai dan tokoh politik resistensi sangat tinggi. Demikian disisi lain meraih hati rakyat tidak cukup hanya dengan memoles pesona diri kandidat dengan tatarias yang serba lips servis melalui media-media massa.
Berkaca pada cinema Ayat-ayat Cinta paling tidak ada bebarapa pendekatan yang dapat diadopsi oleh para kandidat untuk dapat meraih hati rakyat, antara lain:
a) Misi komunikasi yang terkuak dalam ayat – ayat cinta sesuai dengan judul filmnya bermuatan moral spiritual ( religus ) ; Misi ini agaknyanya tidak terlalu jauh berbeda dengan konteks Pilkadasu dimana konstiuen pada umumnya selalu menjadikan pesan-pesan moral spiritual menjadi icon yang menuntun prilaku masayarakat. Apalagi Bila pesan-pesan komukasi tersebut disampaikan oleh tokoh agama, dan pemuka adat. Masyarakat Timur Umumnya dan Indonesia dalam skala local khusunya Sumatera Utara oleh para pakar sosiologi disimpulkan sebagai masyarakat yang memimiki kwalifikasi partisipasi politik yang bersifat mobilisasi atau secara ekstri kita sebut pemilih emosional.jika formulasi adopsi ini dapat dilakukan maka hal tersebut demikian memikat hati rakyat. Hanya saja masalahnya saat ini apakah hal tersebut sudah dilakukan oleh para kandidat dan sejauh mana sosialisasi dengan pendekatan moral spiritual ini dapat ditanggkap oleh konstituen.
b) Yang tidak luput dicermati dalam tanyangan film Ayat-ayat Cinta adalah tampilnya para pemeran yang melakoni tokoh dalam cerita adalah terdiri dari para aktor dan artis kawakan yang dikenal sebagai idola pemirsa. Dari segi penampilan fisik para aktor dan artis tersebut tergolong berpenampilan elit slebiritis atau bisa dikatakan beken karena ganteng dan canti-cantik. Konfigurasi penampilan ini sangat tepat bila diadopsi oleh para Cagub dalam arti yang sangat laus, misalnya bagaiman Tim Kampaye yang ditampilkan mendampingi pasangan Cagub adalah mereka tokoh yang cukup dikenal oleh berbagai lapisan masyarakat, memiliki potensi sebagai public figure atau minimal diidolakan oleh karena nilai plus yang dimilikinya, misalnya ia tokoh public yang sering membantu rakyat, atau ia pemimpin organisasi yang memiliki prestasi.
Hal yang perlu diperhatikan dalam penyajian sosialissasi dan kampaye yang secara teoritis termasuk dalam katagori komunikasi massa yakni profil orang yang menyampaikan haruslah baik, memiliki daya taraik dan memukau.
c) Aspek Romantisme dalam dialog dan adegan Ayat-ayat Cinta sungguh memiliki alur yang menyentuh hati para penonton, maka demikian juga hal ini respon komunikasi massa yang terformulasi dalam kampaye antara Jurkan disatu sisi diatas pentas dengan konstituen ( rakyat ) sebagai penonton disisi lain.
d) Seting terakhir yang dapat kita simpulkan sebagai ending dari alur cerita Ayat-ata Cinta adalah adanya kerelaan hati 4 wanita sekaligus untuk mencintai idolanya sang aktor Fedi Nuril sebagai Fahri. Ending ini termasuk dalam kisah yang brakhir bahagia. Ending ini mutlak harus dimiliki oleh para pasangan Cagub dan Tim Kampayenya. Singa Mimbar dan Ahli Pidato Almarhun Latif Rusdi pernah mengutip anjuran komunikasi agar siapupun yang akan naik mimbar harus memiliki persiapan yang matang, dalam artian esensinya mampun memukau para pemirsa “ Barang siapa yang naik mimbar tanpa persiapan, maka ia akan turun tanpa penghormatan “, begitu tegasnya.
Siapapun kandidat Cagubsu saat ini yang berjuang demi meraih cita untuk menjadi motor penggerak laju pembangunan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat Sumatera Utara, kita harapkan benar-benar komit sesuai harapan rakyat yang saat ini membutuhkan pengayoman demi peningkatan taraf hidup. Kita sadari akhir-akhir ini berbagai kesulitan public tampak dimana-mana, tingginya angka kemiskinan, penganguran yang kian membengkak dan persoalan social liannya seakan tiada putus mendera. Pilgubsu paling tidak menjdi momentum bagi rakyat untuk bangkit mengejar ketertinggalnnya, yang tentunya tanggung jawab tersebut terletak dipundak para pemimpin public. Ayat- ayat ini mengilhami kita untuk mengambil hikmah bahwa hanya dengan cinta titik kompromi untuk membangun Sumut kedepan dapat kita lakukan.Semoga…..